Http://hameirein97.blogspot.com

Kamis, 18 Januari 2018

Cerpen " Dia "

Cerpen
‘’ DIA‘’

Karya: harmeini azis (hamei rein )

       
        Matahari mulai merangkak ke perpaduan, sinarnya perlahan-lahan mulai tenggelam cahaya yang khitmat menyisahkan langit yang indah. Terlihatseorang gadis tengah duduk sendiri merenung menikmati sejuknya angin di sore hari. Matanya mulai tertuju pada seseorang lelaki yang baru saja melintas mengarah sebuah rumah kosan yang tidak jauh jaraknya dari rumahnya. Lelaki itu langsung saja berdiri sebari melepaskan helem, seketika ia memperhatikan mengarah rumah seorang gadis yang kini tengah duduk sendiri. Entah angin apa yang kini merasuki lelaki muda berparas tampan saat ponselnya berdering ia mengangkat telepon itu menjauh dari arah segerombolan teman-temannya, ia menelepon sebari melirik ke arah gadis itu. setelah beberapa menit  ia menelepon gadis itu berlalu dari tempatnya berada. lelaki muda itu langsung berlalu dari tempatnya dan kembali menghidupkan motornya dari arah jendela kamar telihat seorang gadis memperhatikan perlahan-lahan kepergian lelaki itu. langit mulai kelam warna jingga kemerahan mewarnai langit lintas senja Suara azan magrib mulai berkumandang. Seusai azan magrib seorang gadis bernama zeira langsung bergegas sholat magrib dengan khusuk. Perlahan-lahan langit mulai kelam kelabu bintang-bintang mulai bertebaran zeira menatap langit ia tersenyum menikmati keindahan alam seketika lelaki muda itu telah hadir di sebuah rumah kosan ia menatap zeira sebari duduk di motor.

      ‘’ya allah mengapa ia menatapku begitu?’’ ia membatin memikirkan sebuah tatapan yang hanya sesaat namun penuh arti.  Setelah beberapa menit ia memperhatikan lelaki itu zeira kembali memasuki kamarnya, entah perasaan apa yang tengah menghantuinya seketika hantinya bergetar tanpa henti senyuman di raut wajahnya tak berhenti ia menatap sebuah jendela kamar, memikirkan mata yang saling bertemu dalam jarak. Zeira melangkah menuju ranjangnya sebari merebahkan tubuh hingga mata terpejam.

***

         Alam mulai menggeliat malas ketika matahari mulai beranjak menampakkan cahaya. Sinar keemasan menyinari ruang-ruang kamarnya ketika gorden jendela terbuka. Burung-burung berkicau menari-nari di antara langit-langit. Zeira dengan pakaian rapi tengah membereskan sedikit ruang kamarnya yang tidak terlalu berantakan itu. ia melangkah kesana-kemari bersiap-siap untuk berpergian menuju kampusnya. Setelah 1 jam zeira beranjak pergi dengan motor scoopy. 30 menit perjalanan sesampainya ia di kampus ia tak sengaja berpapasan dengan seorang lelaki muda yang sempat ia lihat sore itu. lelaki itu tersenyum manis hingga menampakkan lesung pipi. Zeira sepontan refleks saat seketika ia membalas senyuman manis lelaki itu. zeira melangkah perlahan-lahan ia heran dengan perasaan yang saat ini rasakan seketika hatinya mulai berlomba-lomba tidak karuan. Langkahnya terhenti ketika sampai di sebuah ruangan yang ia masuki itu ruangan kelasnya

      ‘’ternyata ia sekampus denganku?’’ pikiran zeira mulai kacau ketika senyuman manis lelaki itu mulai merasukinya hingga lambaian lengan temannya tak ia hiraukan.

      ‘’zeira’’ pekik seseorang dari samping telinganya zeira. Zeira langsung tersadar dari lamunannya dan menatap tazam mengarah teman-temannya.

       ‘’maaf zei abisnya kamu di panggil dari tadi kok tidak dengar? Ada apa zei?’’ sahut vita teman sebangkunya.

       ‘’ayo kamu mikirkan apa? Atau jangan-jangan saat ini kamu sedang jatuh cinta?’’ tebak leni sekenanya seolah-olah menindas zeira dengan pertannyaan yang ia lotarkan.

       ‘’apaan si leni, gak kok’’ elak zeira seolah-olah ia belum siap menceritakan.

      ‘’kalau ada juga gak apa-apa zei’’ sahut denra menghakimi sebari tertawa. Zeira hanya menatapnya tanpa berkutik, ia tak tahu harus berkata apa dengan ke tiga sahabatnya itu. setelah tawa menghiasi pertannyaan-pertanyaan sahabatnya itu seketika seorang dosen memasuki ruangan itu tiba-tiba ruangan itu mulai hening. 30 menit seusai pelajaran zeira kembali melangkah menuju pintu keluar dengan ketiga sahabatnya yang mengiringi, zeira berlawan arah dengan ketiga sahabatnya ia menuju ruangan perpustakaan. selangkah demi selangkah zeira telah sampai di sebuah ruangan yang penuh dengan tumpukkan buku. Zeira memasuki ruangan tersebut ia sebari meletakkan sepatu di tempat yang tersedia, usai meletakkan ia kembali melangkah sekatika ia kembali melihat seorang lelaki muda yang tak sengaja ia temui saat ia berpapasan. Perlahan-lahan matanya mulai menatap seorang lelaki yang tengah membaca buku itu. seiringnya waktu zeira menyimpan rasa setelah beberapa waktu ia sering di pertemukan namun ia seakan-akan menepis perasaan itu ia tak ingin menaruh harapan sebelum waktunya tiba. Setelah beberapa jam ia di sebuah meja tengah membaca buku untuk revisi ulang tugas dari dosen pembimbingnya. Saat hendak menukarkan buku ia melangkah menuju rak-rak buku namun saat itu ia tidak sengaja kembali berpapasan mata dan wajah kembali bertemu dalam satu arah.  Seketika hening saat kedua lengan mereka berpapasan dengan buku yang sama.

      ‘’eh maaf’’  sahut lelaki itu memecahkan keheningan sebari melepaskan lengannya dengan wajah tertunduk

      ‘’iya tidak apa-apa’’ zeira seakan malu menatap lelaki itu, ia tak tahan dengan senyuman yang lelaki itu miliki.

       ‘’jika kamu menginginkan buku itu silakan, saya bisa cari yang lain’’ lelaki itu kembali mengeluarkan suaranya saat keduanya sama-sama malu-malu.

     '’terima kasih’’ zeira menatap wajahnya dengan mantap sebari tersenyum lelaki itu ikut membalas senyuman zeira. Zeira kembali melangkah seketika beberapa detik langkahnya terhenti ketika lelaki itu kembali memanggilnya.

       ‘’maaf kalau boleh tahu namamu siapa? Aku ridwan’’ sahut lelaki itu, zeira kembali membalikkan tubuhnya menghadap ke arah lelaki itu dengan senyuman yang tergambar di wajah zeira.

     ‘’aku zeira’’  Zeira kembali melangkahkan kakinya menuju meja yang ia tempati sejak awal ia masuk ke perpustakaan. setelah usai ia merevisi ulang tugas kini jam telah menunjukkan pukul 17.00 waktu penutupan perpustakaan telah tiba. Zeira melangkahkan kikinya menuju pintu keluar dan menuju parkiran motor. Ia tak lagi bertemu dengan lelaki itu yang menamakan dirinya ridwan namun ingatannya masih terbayang di pikiran zeira, di perjalanan pikiran zeira kembali mengusik di tengah-tengah kejadian di perpustakaan itu, hampir saja ia salah fokus. 1 Jam perjalanan zeira memasuki ruangan kamar sebari merebahkan tubuhnya, dengan hela nafas yang tersengal-sengan detak jantung mulai berlomba-lomba saat pikirannya mulai terusik tiba-tiba ia terdengar suara motor dari arah jendela, ia mulai penasaran saat ridwan mulai kembali hadir di rumah kosan temannya. Zeira tidak sengaja melihat sosok ridwan dari arah jendela tengah memutar balik seketika gorden yang semula terbuka tiba-tiba tertutup secepat kilat lengan zeira terhenti  terlihat dari arah jendela ridwan menghentikan langkah berbelok sesaat ketika cahaya lampu mengarah ke jendela sinar cahayanya perlahan merasuk ke ruangan. Beberapa menit ridwan kembali berbelok lurus menuju rumah temannya itu. zeira kembali menutup  gorden  jendela rapat-rapat, perasaannya kini tercampur aduk hingga ia tak dapat menahan gelora yang berkorbar di dalam hatinya sebari tersenyum manis, ingin berteriak namun ia tak mampu.

***

            Perasaan itu mulai tumbuh secara perlahan ia mulai merasakan gejolak ketika ridwan tidak terlihat di rumah temannya bahkan di kampus pun ia tak menemukannya. Setelah beberapa jam saat ia mulai memikirkan ridwan seketika ia berpapasan dengan ridwan di koridor, ia tersenyum manis hingga menampakkan lesung pipi di wajahnya saat bertemu zeira, zeira hanya membalas senyumannya tanpa menyapa. zeira mulai takut akan kehilangan meski ia tahu bahwa ia tidak cukup kuat untuk memilikinya. seiringnya waktu berlalu ridwan memiliki perasaan yang sama seperti zeira namun ia tak cukup kuat untuk mengetahui perasaan ridwan. Dengan galau yang cukup tinggi di siang itu zeira menghidupkan sebuah lagu yang berjudul tum hiho menghiasi hari-harinya di saat itu juga ridwan juga menghidupkan sebuah lagu yang sama, betapa terkejutnya zeira saat ia tahu lagunya di ikuti ridwan lelaki yang saat ini memendam rasa. Namun kembali zeira tepis perasaan itu ia tak mengingkan lelaki itu menjadi pacarnya namun ia menginginkan lelaki itu menjadi pendamping hidupnya. Entah perasaan apa yang ia rasakan itu ia mulai bimbang dengan perasaannya.Seorang gadis terlihat dari arah ke jauhan memperhatikan zeira dan ridwan saling bersautan lagu perasaan cemburu mulai berkorbar gadis itu tak menyukai zeira. seketika gadis itu bernama kesia menghampiri rumah zeira.

    ‘’eh zei ngapain kamu lihat-lihat ridwan?’’ ujarnya dengan nada marah

     ‘’apaan si, aku gak lihatin ridwan’’ elak zeira seakan tak ingin memperpanjang permasalahan.

     ‘’alah ngaku aja deh, kamu suka kan dengan ridwan?’’ kesia dengan senyuman sinisnya menatap zeira.
‘’jika kamu suka ambil aja, toh kalau dia juga suka sama kamu dia tidak akan pergi dari kamu’’ zeira sedikit menyindir seolah-olah ia mengetahui perasaan ridwan.

       ‘’awas jika nanti aku lihat kamu perhatikan ridwan lagi, aku gak segan-segan nampar kamu’’ ujarnya sebari berlalu pergi dari hadapan zeira.

Lima bulan berlalu .............

Saat seketika lima bulan zeira tak lagi bertemu dengan lelaki pujaan hatinya,  sejak kejadian keributannya dengan kesia, ridwan enggan lagi menampakkan dirinya di rumah kosan temannya. kegalauan telah menghampirinya ia tidak ingin berharap lebih dari perasaan itu. jika lelaki itu adalah jodoh yang ia takdirkan untuknya sejauh apapun jaraknya ia yakin pasti akan kembali bertemu. Pagi mulai menyapa sinar matahari mulai merangkak di ufuk timur. Zeira berangkat ke kampus bareng ke tiga sahabatnya memakai mobil jez berwarna hijau, ia tidak terlihat wajah yang murung di saat teman-temannya bersenang-senang. Ia tampak selalu memperlihatkan wajah ceria. 1 jam telah sampai di kampus seketika seseorang lelaki menghampiri zeira dan ketiga temannya di parkiran, zeira mengetahui lelaki itu adalah ade temannya ridwan. Ade mengajak zeira ke sebuah taman kampus universitas indonesia, sebelum sesampainnya di taman zeira di minta untuk menutupa matanya, zeira mulai penasaran dengan jalan fikiran ade yang telah memberikan isyarat kepada ketiga sahabat zeira. 10 menit sesampainya di taman ade memberikan kode bersiul seketika lagu tum hiho terdengar merdu zeira terkejut sekatika ia membuka tutupan matannya lalu perlahan-lahan ia mulai melihat di sekelilingnya lampu berkelap-kelip taburan bunga mawar putih dan merah tersebar di rerumputan taman dengan gambar love zeira terkejut matanya mulai berkaca-kaca, satu persatu air matanya tak terbendung lagi mulai jatuh di sudut pelupuk matanya sekatika seorang lelaki muda tampan perlahan-lahan mulai mendekati zeira dengan membawa bunga bersama sebuah kotak kecil di lengannya. Zeira kembali semakin tak percaya apa yang ia lihat di hadapannya seorang lelaki tampan yang sejak awal ia kagumi telah bersipuh di depannya.

       ‘’Ra aku tak tahu harus mulai dari mana, tapi aku yakin 1000% sejak awal bertemu kamu, aku memiliki perasaan yang jauh dari dulu ingin ku utarakan. Mungkin waktu yang tepat adalah saat ini karena aku ingin bersamamu selamanya, maafkan aku jika kamu harus menungguku tapi jika kita memang di takdirkan sejauh apapun jarakmu dan diriku pasti akan kembali bertemu. Ra izinkanlah aku menjadi pendamping hidupmu?’’ ridwan mengutarakan isi hatinya di hadapan mahasiswa dan teman-temannya. Zeira masih tidak percaya apa yang ia lihat hatinya meronta-ronta senyuman di wajahnya menghiasi hari itu. zeira sebari sedikit membungkuk mengajak ridwan berdiri di hadapannya.

         ‘’sejak awal aku tak tahu apakah dirimu memiliki perasaan yang sama denganku. Tapi seiringnya waktu aku mengerti perasaan itu hanya dapat ku pendam namun saat ini aku yakin seyakin-yakinnya bahwa aku juga mencintai dirimu melebihi cintamu kepadaku, jawabanku aku menerima lamaran akan tetapi........’’ seketika ucapan zeira terhenti sesaat seketika ridwan baru saja hendak berbahagia namun seakan kembali di jatuhkan dalam pertannyaan.

       '’tetapi apa?’’  tanya ridwan dengan perasan yang membingungkan. Namun tak beberapa lama jawaban yang ia terima sangatlah membahagiakan untuk dirinya.

      ‘’tetapi kamu harus melamarku kembali di hadapan kedua orang tuaku’’ jawaban zeira mengejutkan semua mahasiswa dan teman-teman yang ada di hadapannya itu membuat ridwan tak dapat menahan rasa bahagianya ia meloncat-loncat seperti anak kecil. Sorakan bahagia dan tepukkan tangan menghiasi hari itu. lagu tum hiho dan lagu dia di hidupkan di taman universitas indonesia, hari itu sangatlah meriah. Malam itu usai lamaran di kampus ridwan mengajak kedua orang tuanya untuk melamar seorang gadis bernama zeira, malam itu acara lamaran di saksikan kedua mempelai, sahabat-sahabat ridwan dan zaira seusai lamaran di terima, tanggal pernikahan mulai di siapkan segala sesuatunya di siapkan.

Tiga bulan berlalu.............

Langit tampak cerah burung-burung berkicau di dedahanan pohon dengan kicauan yang merdu menghiasi hari yang indah, terlihat sebuah rumah dengan dekorasi tenda bernuansa biru putih, zeira begitu tampak terlihat cantik wajahnya berseri-seri senyuman diwajahnya menandakan kebahagiaan. Di sebuah masjid megah keramaian telah menganghampiri. Zeira telah berada di masjid dengan duduk berjauhan di antara meja yang telah di siapkan untuk akad. Jam telah menunjukkan pukul 07.30 ridwan dan rombongan keluarganya telah sampai di hadapan keluarga mempelai perempuan. Ridwan tampak gugup di hadapan penghulu dengan ucapan bismilllah akad di laksanakan, sesuai dengan harapan repsesi akad telah tengah berlangsung lantunan suara merdu saat ayat suci al-quran surat ar-rahman sebagai maharanya mulai memberikan kesan yang indah di pernikahan itu. alunan nada-nada indah surat ar-rahman sebagai bukti cinta ridwan terhadap zeira karena allah berjalan degan lancar. Usai surat ar-rahman di lantunkan dan akad telah di ucapkan zeira mulai mendekat mengarah tempat yang telah tersedia di samping ridwan. Ia bersalaman kepada ridwan yang telah syah menjadi suaminya dan ridwan mengecup kening zeira dengan lembut punuh kasih sayang. Setelah usai akad zeira dan ridwan meminta restu kepada kedua orang tua dan mertuanya. Tangisan mulai pecah, setelah selasai meminta restu ridwan dan zeira melepaskan sepasang burung merpati di luar masid megah itu di hadiri undangan.

      ‘’aku masih tidak percaya bahwa kita dapat di takdirkan meski awalnya perasaan itu tumbuh karena rasa kagum dan diam-diam menyukaimu’’ zeira sebari menatap ridwan dalam-dalam dan tersenyum manis

       ‘’jika allah telah berkehendak dunia dan seisinya tak akan mengelak bahwa takdir kita untuk bersama selamanya’’ ridwan membalas senyuman manis zeira seraya menatap zeira dengan teduh

     ‘’semoga burung merpati ini akan selalu menjadi lambang cinta yang abadi’’ zeira kembali menatap burung merpati itu bersama ridwan sebelum ia melepaskannya bareng-bareng

      ‘’amin’’ ridwan dan zeira mengucapkan secara bersama-sama sebari melepaskan burung merpati itu dengan senyuman yang sumringah di wajah keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

menuju indonesia maju meningkatkan program pemberantasan hoax

Menuju indonesia maju meningkatkan program pemberantasan  hoax b agaimana cara kita untuk meningkatkan program   tanpa hoax?  apa...